Segala
puji bagi Allah, Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, Yang Maha Mulia lagi Maha
Pengampun. Dzat yang menetapkan takdir dan mengatur segala urusan. Dzat yang
mempergilirkan malam dan siang sebagai pelajaran bagi orang-orang yang memiliki
hati dan pemahaman. Dzat yang menyadarkan sebagian makhluk dan memilihnya di
antara orang pilihan-Nya dan kemudian Allah memasukkan dia ke dalam golongan
orang-orang yang terbaik. Dzat yang memberikan taufik kepada orang yang Dia pilih
di antara hamba-hamba-Nya kemudian Allah jadikan dia termasuk golongan
al-Muqarrabin al-Abrar. Segala puji bagi-Nya yang telah memberikan pencerahan
kepada orang yang dicintai-Nya sehingga membuat mereka untuk bersikap zuhud di
alam kehidupan dunia ini, sehingga mereka bersungguh-sungguh untuk meraih
ridha-Nya serta bersiap-siap untuk menyambut negeri yang kekal. Oleh sebab itu,
mereka pun menjauhi perkara yang membuat-Nya murka dan menjauhkan diri dari
ancaman siksa neraka. Mereka menundukkan dirinya dengan penuh kesungguhan dalam
ketaatan kepada-Nya serta senantiasa berdzikir kepada-Nya pada waktu petang
maupun pagi. Dzikir itu senantiasa mereka lakukan walaupun terjadi perubahan
keadaan dan di setiap kesempatan; malam maupun siang hari. Oleh sebab itu,
bersinarlah hati mereka dengan pancaran cahaya keimanan (lihat Mukadimah Al
Adzkar, dalam Shahih Al Adzkar, hal. 11)
Saudaraku -semoga Allah menyinari hati kita dengan keimanan-, dzikir merupakan ibadah yang sangat agung. Allah ta’ala berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku
juga akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152)
Orang-orang yang hadir dalam majelis dzikir adalah orang-orang yang berbahagia. Bagaimana
tidak, sedangkan di dalam majelis itu dibacakan ayat-ayat Allah ta’ala dan
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang itu merupakan
sumber ketenangan hati dan kebahagiaan sejati.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang yang apabila disebutkan nama Allah
maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat
mereka maka bertambahlah keimanan mereka…”
(QS. al-Anfal: 2)
Di
saat peperangan berkecamuk, Allah pun tetap memerintahkan ibadah yang mulia ini
agar mereka menjadi orang-orang yang mendapatkan keberhasilan. Allah ta’ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً
فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan pasukan musuh maka
tegarlah kalian dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya,
mudah-mudahan kalian beruntung.”
(QS. al-Anfal: 45)
Allah ta’ala juga berfirman,
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah,
dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang.” (QS. ar-Ra’d: 28)
وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوا
جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ
وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ قَالُوا
وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ
تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ
Suatu
ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menjumpai sebuah
halaqah yang terdiri dari para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka beliau bertanya, “Apa yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab,
“Kami duduk untuk mengingat Allah ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk yang
Allah berikan kepada kami sehingga kami bisa memeluk Islam dan nikmat-nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
mengatakan, “Demi Allah, apakah tidak ada alasan lain bagi kalian sehingga
membuat kalian duduk di sini melaikan itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah,
tidak ada niat kami selain itu.” Beliau pun bersabda, “Adapun aku, sesungguhnya
aku sama sekali tidak memiliki persangkaan buruk kepada kalian dengan pertanyaanku.
Akan tetapi, Jibril datang kepadaku kemudian dia mengabarkan kepadaku bahwa
Allah ‘azza wa jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا
حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ
السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah
ada suatu kaum yang duduk untuk berdzikir kepada Allah ta’ala melainkan
malaikat akan meliputi mereka dan rahmat akan menyelimuti mereka, dan akan
turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di
hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.”
(HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا قَالُوْا
وَمَا رِيَاضُ الجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Apabila
kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Maka para sahabat bertanya,
“Apa yang dimaksud taman-taman surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Halaqah-halaqah dzikir, karena sesungguhnya Allah ta’ala memiliki malaikat
yang berkeliling untuk mencari halaqah-halaqah dzikir. Apabila mereka datang
kepada orang-orang itu, maka mereka pun meliputinya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dan dihasankan oleh
Syaikh Salim dalam Shahih Al Adzkar, hal. 16)
An
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya keutamaan
dzikir itu tidak terbatas kepada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan semacamnya.
Akan tetapi, setiap orang yang beramal ikhlas karena Allah ta’ala dengan
melakukan ketaatan maka dia adalah orang yang berdzikir kepada Allah ta’ala.
Demikianlah, yang dikatakan oleh Sa’id bin Jubair radhiyallahu’anhu dan
para ulama yang lain. Atha’ rahimahullah mengatakan, ‘Majelis dzikir
adalah majelis halal dan haram, yang membicarakan bagaimana menjual dan
membeli, bagaimana shalat, menikah, thalaq, haji, … dan sebagainya.'” (Shahih
Al Adzkar, hal. 18)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Sebagian dari kalangan
ahli hikmah yang terdahulu dari Syam -dugaan saya adalah Sulaiman Al Khawwash rahimahullah
mengatakan, ‘Dzikir bagi hati laksana makanan bagi tubuh. Maka sebagaimana
tubuh tidak akan merasakan kelezatan makanan ketika menderita sakit. Demikian
pula hati tidak akan dapat merasakan kemanisan dzikir apabila hatinya masih
jatuh cinta kepada dunia’. Apabila hati seseorang telah disibukkan dengan
mengingat Allah, senantiasa memikirkan kebenaran, dan merenungkan ilmu, maka
dia telah diposisikan sebagaimana mestinya…” (Majmu’ Fatawa, 2/344)
Oleh
sebab itu, menjadi orang yang banyak mengingat Allah merupakan cita-cita setiap
mukmin. Allah ta’ala berfirman,
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Dan
kaum lelaki yang banyak mengingat Allah demikian pula kaum perempuan, maka
Allah persiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
Mujahid
rahimahullah mengatakan, “Tidaklah tergolong lelaki dan perempuan yang
banyak mengingat Allah kecuali apabila dia membiasakan diri senantiasa
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.” (Shahih
al-Adzkar, hal. 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا
أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا كُتِبَا فِي الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila
seorang suami membangunkan isterinya, kemudian mereka berdua shalat bersama
sebanyak dua raka’at, maka mereka berdua akan dicatat termasuk dalam golongan
lelaki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i dalam Sunan Al Kubra, dan
Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Salim dalam Shahih Al Adzkar, hal.
19)
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي
لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا
تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ
وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Mu’adz
bin Jabal -radhiyallahu’anhu- menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya seraya mengucapkan, “Hai
Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu. Demi Allah, aku
benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu hai
Mu’adz, jangan kamu tinggalkan bacaan setiap kali di akhir shalat hendaknya
kamu berdoa, ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’
(Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah
dengan baik kepada-Mu).” (HR. Abu
Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud no.
1522)
Itulah
sebagian keutamaan dzikir yang bisa kami kemukakan di sini, semoga Allah
memberikan kepada kita taufik untuk berdzikir kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya,
dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina
Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahibihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil
‘alamin.
Hamba
yang fakir kepada ampunan Rabbnya
Semoga Allah mengampuninya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar